Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

1 jam sebelum tindakan menggemparkan yang kau lakukan

 Terjunan pancuran air menyaru dengan sesuatu yang mengalir dari pelupuk mataku. Rasanya perih saat memaksa mata tidak terpejam melawan debit air yang menghujam. Tapi ini tak seberapa dibanding leburnya keputusan akhir yang mau tidak mau, suka tidak suka harus kupilih. 

Damai

 Sedari awal aku tak pernah berharap apa-apa yang berhubungan dengan keputusan. Walau aku juga tidak tutup mata pernah meminta keseriusanmu untuk menjadikan diri sebagai tujuan masing-masing. Namun itu tak berangsur lama mengingat singkatnya waktu yang Tuhan berikan untuk kita. Lalu disusul dengan rasa mu yang hilang menguap bersama udara. Aku.. bisa apa? Bisa. Bisa belajar banyak hal terutama soal ikhlas melepas sebab dengan tindak tanduk apa lagi aku harus mengenangmu? Bukankah "rela" juga merupakan aksi heroik di saat kita tidak pernah punya kesempatan untuk diperjuangkan selain oleh diri sendiri. Terima kasih Mas untuk pengalaman yang terus bergulir. Semoga walaupun hidup tidak semulus yang kita harapkan, kamu bahagia dengan pilihan hidup yang dijalani. Entah bagaimana soal garis akhir biarlah aku juga punya daya membersihkan dan merawat luka-luka yang terlanjur ada.

Mana ada dusta, Rindu itu betulan berat

 Berat ya? Tapi lebih berat lagi kalau kamu kembali.  Berat ya? Tapi akan lebih sulit kalau kali ini jauh dari Allah lagi Berat ya? Gak papa, wajar kok. Tapi jangan berhenti untuk bilang semua yang kamu rasain ke Allah ya? Allah nggak menuntut mu apa-apa atas yang lalu, tapi Allah ternyata kasih kesempatan buat menuntunmu kembali. Semua perasaan ini juga ada muaranya dan nggak tiba-tiba datang di hidupmu, jadi wajar sembuhnya pun butuh waktu. Lalu, tolong, berjalan pelan-pelan saja kalau terlalu perih tapi tidak untuk kembali, yang malah bisa kamu sesali. 

Transit

 Hatiku hanya transit. Bukan salahmu juga bila belum sembuh Tapi setidaknya jangan beranjak ke orang baru Kau tahu itu akan menyakiti orang yang nanti nya menerimamu apa adanya Apalagi jika orang tersebut juga baru-baru saja sembuh dan meyakinkan dirinya untuk membuka hati lagi  Mengapa kau berlaku demikian? Apa kau tidak berpikir bahwa Tuhan itu Adil. Walau aku tak berucap, Tuhan tahu betapa perasaanku lebur bersama sosokmu yang mengabur.

Fragmen untuk Tuhan

PadaMu yang Agung PadaMu yang Menuntun ArahMu semakin jelas OlehMu tarik dilepas Sembabku membekas Kumpulan nimbus memadati cakrawala Tiada rintik sebagai pertanda Tapi mengapa jarak pandang terhalang genangan? Lantas terderai PadaMu aku melerai  Kelahi dengan diri, takdir, dan keakuan Semburat rembulan penutup windu Hendak dibawa kemana arah berlalu? Berjalan sambil berlari atau berjalan sesekali berhenti? PadaMu yang gaungnya memecah malam OlehMu bawalah biru yang abu-abu Pun semoga yang Maha… Menyingsing cahya di jalan fana, pada.. (jeda yang mati) Puisi 14 Maret yang kupermak sedikit di pengulangan hari ke 21, 25/03/2024

soal mencintai aku pamit undur diri

 Mencintaimu, adalah jalan yang kupilih dengan segala konsekuensinya. Hal-hal yang sebenarnya sudah nampak sejak awal bahkan sudah kuperingatkan, untukmu dan diriku. Namun kau seolah meyakinkan bahwa semua "boncengan" yang terlanjur kutahu itu akan kau coba untuk tinggal. Tapi ternyata sekarang beban-beban itu kau ambil lagi bersisian dan aku yang disisihkan. Jadi maaf aku berusaha untuk tidak mencintaimu lebih dalam. Terima kasih lagi-lagi aku disadarkan bahwa cukuplah diriku yang mesti diselamatkan pada kondisi demikian. Soal mencintaimu, aku tidak pernah menyesal walau berujung kekecewaan nan berawan. Itu urusanku. Uruslah dirimu dan sesuatu yang hendak kau genggam, entah apapun itu. 

Bulan baru biru abu-abu

 Letih bersilih ku menjaga rindu Rupanya kau sudah beralih ke sosok yang baru Sebenarnya tidak baru. Hanya aku saja yang terlalu lugu. Tak menyadari bahwa di samping ku kau juga menyebar jala ke pihak lain.  Lalu saat kau melepasku yang kupikir akan berpusat pada dirimu saja. Ternyata aku salah sangka. Seperti katamu, kau tak bisa berlama-lama tanpa sosok di sisimu. Yah beginilah akhir kisahku. Semestinya memang tutup buku, tanpa perlu repot-repot membolak balik halaman yang telah lalu. Tapi bagaimana? Buatku ini sama seperti perkara yang abu-abu dan biru. Mungkinkah aku masih mencintaimu? Atau aku terlalu lelah melangkah ke rute yang baru? Setidaknya untuk saat ini.

Tiada yang mudah

 Mungkin segalanya tampak mudah bagi mereka Di kacamata yang dikenakan Sebenarnya bukan karena mudahnya melainkan prioritasnya.  Lalu di sisi lain seseorang berkata aku jarang melakukannya, jajan. Makanya ranselku selalu penuh bekal bawaan dari rumah. Sebelumnya alhamdulilah, segala yang jadi prioritas kebutuhan Allah bantu mudahkan. Tapi aku, kami juga tak jarang mesti mengorbankan hal-hal yang jadi hak nya keinginan. Sehingga lebih tepatnya bukan tidak jajan, hanya soal prioritas jajannya yang tidak ada.  Hidup ini keras, penuh abu-abu kesedihan ternyata. Aku mengawali tahun 2024 ini dengan banyak hal yang mendewasakan. Mulai dari hubungan percintaan ku sendiri sampai ekonomi keluarga yang dibawa-bawa. Tak sedikit lowongan kerja paruh waktu kutemui tapi beberapa juga seringnya tidak pas, entah waktunya atau lingkungan pekerjaannya. Ini bukan berarti diriku merasa jadi korban dan hidup paling menyedihkan. Ya setidaknya menyedihkan untuk diriku sendiri. Terkadang memang a...

Halaman lama

Sudikah engkau mendengar lagi kisah hanyut ku? Saat rapuh dan jatuh Suaramu terdengar lirih, kadang-kadang diam hingga isakku pun usai. Tanpa banyak kata kuterima. Katamu dulu Selesaikan sampai kau lega, kapan lagi punya kesempatan mengalir derai seperti hujan yang kita nanti? Adakah engkau disana? Jika aku kembali ke halaman lama. 

S•A•T•I•R

  Kau dan aku sempurna semoga ada cara tuk terus bersama, Liriknya begitu. Tapi kalau cara Dia adalah dengan menjauhkan apakah kita bisa menentang? Terlebih kau amat mengelu-elukan waktu bersenang-senang untuk diri sendiri. Sementara aku tersenyum getir sambil berkata dalam hati, "Ya semoga tercapai, sayang,"